Senin, 10 Maret 2014

Psychology Today



                             GAMBARAN KEKERASAN GURU TERHADAP MURIDNYA



            Bicara tentang guru berikut dengan jasanya memang sangat banyak sekali bagi kita, karena tanpa adanya  mereka yang mendidik kita dari yang tadinya tidak bisa membaca jadi bisa membaca, tidak bisa perkalian atau pembagian menjadi sangat terampil dan itu hanya sebagian contoh yang kecil dari jasa guru terhadap muridnya. Masih ingatkah tentang lagu Terpujilah ibu bapak guru karangan Sartono ? lagu itu menunjukan seberapa besar pengorbanan dan jasa mereka terhadap muridnya sehingga disebut Pahlawan tanpa tanda jasa. Secara intelektual dan kepribadianpun guru harus memberikan contoh dan bentuk prilaku yang berkualitas guna memberikan gambaran atau contoh terhadap anak didiknya yang akan meneruskan perjuangannya kelak..
            Dewasa ini sering kali terdengar isu tentang kualitas guru yang semakin lama semakin menurun dan menuurut Mentri Pendidikan, Bambang Subdiyo bahwa dari seluruh guru yang ada di Indonesia hanya sekitar 23% yang dinilai layak secara kualitas (http://waspada.co.id/serba_serbi/pendidikan.com, 2005).
Sungguh sangat disayangkan dan sangat ironis mendengar pernyataan tersebut, guru berkualitas disini dapat diartikan sebagai guru yang cara mengajarnya dapat dimengerti, memiliki wawasan keilmuan yang baik, menjadi contoh yang baik bagi pendidikan moral muridnya dan tentunya mempunyai semangat totalitas bagi pendidikan (Muchtaridi 2004).
            Banyaknya fakta-fakta mengenai kasus kekerasan yang dilakukan guru terhadap muridnya menunjukan bahwa tidak mudah untuk menemukan sosok guru yang ideal dan berkualitas bagi muridnya. Kekerasan yang dimaksud adalah hal yang berkaitan dengan aktivitas mendidik, yang menurut Charters (dalam Anshori, 2008) dan Salim (1991&1987) diartikan sebagai tindakan keras ( fisik ataupun non fisik) yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya dengan alasan pendisiplinan atau dengan tujuan mendidik yang menimbulkan luka fisik maupun psikis.
Kekerasan dapat dibagi menjadi 2 macam (Anshori, dalam www.kpai.or.id 2006) yaitu: kekerasan fisik dan non fisik
Contoh kekerasa fisik: penghukuman, penganiayaan, pemukulan, pemerkosaan (Sudaryono, 2008), dll
 kekerasan non fisik dibagi menjadi 2, yaitu verbal dan psikis (Sejiwa, 2008).
Contoh kekerasan non fisik verbal adalah : memaki, membentak, menghina, dll.
Contoh kekerasan non fisik psikis adalah: memandang sinis, memandang merendahkan, mengucilkan, mengabaikan, mempermalukan, dll. Dan dari pengalaman saya seringkali guru memang melakukan kekerasan non fisik yang sangat berpengaruh terhadap kondisi anak
            Berikut ini ada contoh kasus kekerasan yang dilakukan guru terhadap muridnya, yaitu :
            1. Karen tidak mengerjakan PR, 8 (delapan) siswa kelas IV SD di hukum di depan kelas dalam keadaan setengah bugil, mereka bejalan dengan terseok-seok karena celana dan rok seragam mereka meloroto sampai batas mata kaki. Hukuman tersebut merupakan perintah langsung dari guru mereka sendiri. (Sumber: INSIST PRESS hl. 104, 2004).
            Menurut Drs. Zulkifli L dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan bahwa ada yang namanya Perkembangan Perasaan  dimana anak-anak memiliki perasaa yang lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan perasaan orang dewasa. Tetapi pengaruh perasaan itu lebih rendah jika dibandingkan dengan pengaruh perasaan anak kecil. Anak sekolah lekas merasa puas dan lega dan tampaknya mereka selalu bergembira, jarang bahkan tidak pernah menyesali perbuatannya. Dan alasan guru untuk memberikan hukuman kepada muridnya khususnya pada murid SD adalah karena sikap anak yang pada umumnya tidak pernah menyesali perbuatannya.
            Disisi lain memang hukuman itu diberikan agar si anak menjadi jera dan mematuhi peraturan yang telah di buat tetapi guru juga harus memperhatikan akibat dari perbuatan yang dilakukan apakah akan membuat anak menjadi down atau tidak dan apa saja yang akan terjadi apabila guru tersebut memberikan hukuman seperti itu. Fakta lain juga menunjukan bukti bahwa kasus kekerasan kian meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan laporan yang masuk ke Komnas Perlindungan Anak (KPA) bahwa pada tahun 2006 terjadi 192 kekerasan terhadap anak sekolah yang dilaporkan dan pada tahun berikutnya terjadi peningkatan yaitu menjadi 226 (dalam http://www.ypha.or.id/information,2007).
            Guru memanglah bukan Tuhan yang selalu benar tetapi hanyalah manusia yang  kebetulan mendapat ilmu dan pengalaman hidup lebih dulu dari muridnya, dan setiap anak juga memiliki berbagai karakteristik dan IQ yang berbeda-beda. Ketika anak melanggar peraturan memang sebaiknya diberi sanksi atau hukuman tetapi harus dalam batasan yang wajar.


Daftar Referensi : Zulkifli (2009). Psikologi Perkembangan

8 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. ini balik lagi ke diri kita sndiri, itu guru yg melakukan kekerasan mungkin sedang di landa pikiran yg kurang sehat, tapi jika sering melakukan itu ga tau diri tuh guru, pasti pihak sekolah lain nya memecat guru itu..

    kedua balik ke siswa nya, harus rajin rajin aja mengerjakan soal / pr dri guru :)

    BalasHapus
  3. mungkin karena kesejahteraan guru di Indonesia msih memprihatinkan, dan sistem pendidikan dan perekrutan guru2 baru kurang maksimal.. sehingga orang yang kurang berkompeten bisa jadi gudu dan akhirnya terjadi hal2 yang kurang diinginkan...

    BalasHapus
  4. kenyataan nya memang batas kekerasan dan teguran itu susah dibedakan.
    sering dikatakan "kalau ga dikerasin nanti makin susah di atur"
    tapi kalau dikerasin,malah justru condong ke tindak yang sangat kurang baik seperti pemukulan dll.
    Secara status sendiri,guru adalah sosok yang seharus nya menjadi panutan,terkadang memang murid nya sendiri yang agak kurang bersikap sopan pada guru.Jadi kembali lagi pada anggapan "kalau ga dikerasin nanti makin susah di atur"

    kalau menurut aku sendiri,kalaupun harus memberi hukuman jangan yang terlalu berlebihan,mungkin bisa memberi hukuman yang bermanfaat tanpa menyinggung segi psikologis dan fisik sendiri

    BalasHapus
  5. Apa ya.... hha
    Untuk masalah kekerasan yang dilakukan oleh guru secara fisik dan non fisik yang berlebihan terjadi karena sistem seleksi untuk menjadi guru yang tidak terlalu ketat.
    Jadi banyak guru yg tidak layak. Seperti data yang disampaikan oleh Pak Bambang Subdiyo itu. Guru yang memiliki kualitas menjadi sedikit karena sistem seleksinya.

    Btw... menurut Anda, batasan hukuman yang wajar dilakukan oleh guru kepada muridnya itu seperti apa ya? Baik itu untuk hukuman fisik maupun non fisik.

    BalasHapus
  6. koment bantu tugas kampus :D

    BalasHapus